Traffic CG

Lencana Facebook

Jumat, 13 Maret 2009

Be 4 Man

Sore menjelang maghrib meluncurlah saya sekeluarga pergi menuju ke retail terbesar di Bintaro yaitu Carefour. Seperti biasa hari ini adalah hari rutin belanja bulanan terhadap kebutuhan sehari-hari. Belanja untuk keperluan rumah tangga dalam sebulan, seperti: sabun, deterjen, minyak, bumbu, susu dan lain sebaginya. Juga barang lain yang "tidak diperlukan" yang kadang-kadang (padahal sih sering he…he…he….) ikut terbeli.


Kegiatan ini merupakan kejadian rutin yang biasa dilakukan kami tiap-tiap bulannya. Meskipun suatu rutinitas tetapi bagi anak-anakku pergi ke mall maupun ke hyper market suatu hiburan tersendiri. Apakah memang ini merupakan gejala/tren bagi semua keluarga di ibukota di mana suatu mall atau hyper market menjadi tujuan hiburan untuk melepaskan kejenuhan atas rutinitas sehari-hari. Secara pribadi saya melihat kecenderungan ini dan condong kepada pendapat setuju karena bagi saya hiburan murah meriah yah jalan-jalan ke mall / hyper market, gak beli juga gak apa-apa cukup window shopping aja he…he…he…


…..eh…..koq…ngelantur, kembali masalah belanja bulanan tadi karena saya tertarik dengan promo kapal api, secara emang saya demen berat ama kopi, saya berminat dan membeli 2 bungkus besar yang masing-masing berisikan 10 sachet. Sebenarnya sih saya ngincer mugnya, ini juga hobi saya ngumpulin mug yang dikeluarkan suatu perusahaan makanan/minuman…kalo dah dapet rasanya giman gitu…..Kata mBaknya yang jaga counter;"Pak nanti hadiahnya bisa diambil di bagian informasi yaa…" dengan senyum sumringah karena jualannya laku. Sambil mengangguk pertanda persetujuan dan meletakan bungkusan kopi ke dalam kereta belanjaan saya pun berlalu. "Hmmm……jadi nanti ditukerin di bagian informasi……….."; batin saya.


Setelah upacara antri di depan kasir dan berjuang dengan kerewelan anak-anak saya yang bolak-balik comot barang-barang di deket kasir. Gimana anak-anak gak tertarik barang-barang yang deket kasir rata-rata permen, coklat dan sebangsanyalah yang pasti membuat anak tertarik. Akhirnya kelar juga nih urusan bayar-membayar dan tiba saatnya mengambil mug yang sudah saya incer dari tadi.


Di counter Informasi tampak sedikit adanya antrian. Pengantri pada umumnya mengajukan klaim atas hadiah yang dijanjikan dari produk-produk tertentu. Hadiahnya beraneka macam ada piring, mangkok, gelas, softener, mie instan juga termasuk mug saya he…he…he…… sambil menunggu di pikiran saya waktu itu ngapain yah sambil nunggu antrian, secara sengaja saya memperhatikan petugas yang melayani customer yang mengajukan klaim hadiah/barang dalam hati saya;"Hmmmm……..petugas yang "menarik",


Saya katakan petugas yang menarik karena ada yang something wrong menurut penilaian saya (emang sih penilaian saya bisa dikatakan terlalu subyektif). Kalau boleh saya gambarkan petugas ituadalah seorang pria dengan tinggi + 165cm dengan perawakan cenderung kurus, kulit bersih (untuk ukuran cowok), pakaian super rapi. Eits……masih ada lagi nih…yang membuat saya memperhatikan tingkah petugas tersebut. Petugas tersebut tampak pada bagian matanya menggunakan make up kalo orang jawa sih bilang pake celak (garis hitam di sekeliling bulu mata? Saya juga kagak ngartilah yang gituan) kemudian di bagian leher pake taburan benda-benda kecil, itu lho yang kaya dipake artis-artis kalo manggung nanti kalo kena sinar lampu jadi berkelip-kelip woooiii….bintang kale berkelip-kelip…hah…..ha……ha….Tutur bahasanya juga agak sedikit "kemayu". Hmmm…saya jadi berpikir yang iya..iya…nih….


Apakah saya su'udzon? Waduh maaf yak mBak…eh…Mas bukannya bermaksud ngerasani. Tapi di sisi lain dedikasi dalam melakukan pekerjaannya yang harus meneliti item dalam struk pembelian, yang biasanya struk pembelian panjanngya bisa-bisa hampir satu meteran….nggak tahu pada beli apaan kalo struknya sepanjang itu (dogol:mode on), dalam waktu singkat dibandingkan rekan kerja wanitanya tampak dia lebih teliti dan cermat. Ada juga sih pelayanan yang memuaskan menurut saya, jangan ngeres dulu yak pikirannya, pas waktu pengambilan hadiah mug ditangani oleh rekan kerja wanitanya si mas itu tadi, saya dikasih mug yang sisi bawahnya ada cuilan seperti bekas kena benturan. Otomatis saya minta ganti yang utuh dan cakepan, mbaknya malah bilang kelihatannya sudah gak ada barang lagi. Karena saya berargu sama mbaknya, si mas itu tadi bereaksi dan dengan sigap menghubungi penjaga counter kopi yang saya beliu dengan maksud menanyakan apakah masih ada stok mug lagi dan ternyata m asih ada.


Salut bagi masnya yang punya service ciamik bagi customer. Jadi dibalik penampilannya yang nDang nDhut si mas itu tadi adalah real gentle as a customer service. Pesan moralnya adalah :"Don't Judge a Book by It's Cover".



Senin, 09 Maret 2009

The Important of Play

by: Judy Hansen

For children, play is naturally enjoyable. And since it is their active engagement in things that interest them, play should be child-led, or at least child-inspired, for it to remain relevant and meaningful to them. Children at play are happily lost in themselves; they are in their own realm of wonder, exploration, and adventure, pulling parents in at times with a frequent “Let’s play, mom!” as an open invitation into that world.

As early as infancy, children immerse themselves in play activities with the purpose of making sense of the world around them. Play gives children the opportunity to learn and experience things themselves, which is vital for their development. Although peek-a-boo games seem pointless to adults, tots are awed by the surprise that awaits them as they see the suddenly emerging faces of people they love.

(Stages of Play)

During toddlerhood, children experience a motor-growth spurt that equips them to solitarily fiddle with anything they can get their hands on – be it a construction toy or the box from where it came.

Toddlers also love breaking into song, wiggling and jiggling to tunes, and imitating finger plays they are commonly exposed to.

Preschoolers begin extending their play to involve others, whether they bring others in at any stage of their game or they plan their game and its players’ way ahead. Their physical and motor skills allow them to widen their lay arena, from dramatic play to table games to outdoor pursuits.

School-age children start appreciating organized play – such as innovated songs and rhymes, games with rules, relays and other physical activities, sports and projects that they can accomplish over a certain time frame.

Play Perks:

Why the big fuss about playing? Play benefits the child in ways that might be a tad difficult for adults to imagine.

1. Play brings pure and utter joy.

A toddler who jumps into an empty box and runs around the house ‘driving a car’ shows the sheer happiness that play brings him or her. When children are asked what they did in school and they answer ‘play,’ it is a clear sign that these kids remember a feeling of genuine joy that is captured in this four-letter word.

2. Play fosters socio-emotional learning.

What does a ten-month-old baby who shrieks at the sight of her stuffed toy have in common with a ten-year-old boy who plays basketball with his friends? They both deal with their confidence as they choose to embark on their play activities. At the same time, they are displaying their independence in the decisions that they make. These two children are also internalizing social rules in their respective play situations: the baby waits patiently for her stuffed toy to appear, while the school-age child has to contend with an impending loss in a ball game.

3. Play hones physical and motor development.

Play often involves the use of the senses, the body, and the extremities. When children play, they exercise their bodies for physical strength, fluidity of movement, balance and coordination.

Perceptual-motor ability, or the capacity to coordinate what you perceive with how you move, is an essential skill that preschoolers need to develop. A three-year-old who is engrossed in digging, scooping, and pouring sand into a container must match his or her perception of the space in front of him or her with actual hand movements, so that he or she can successfully fulfill the motor activity.

4. Play facilitates cognitive learning.

Play is vital to the intellectual development of a child. We live in a symbolic world in which people need to decode words, actions, and numbers.

For young children, symbols do not naturally mean anything because they are just arbitrary representations of actual objects. The role of play is for the child to understand better cognitive concepts in ways that are enjoyable, real, concrete, and meaningful to them. For instance, through play, a child is able to comprehend that the equation 3 + 2 = 5 means ‘putting together’ his toy cars by lining them up in his makeshift parking lot. When he combines 2 triangles to make a square during block play, or writes down his score is a bowling game, the child is displaying what he knows about shapes and numbers.

Through play, the child is constructing his or her worldview by constantly working and reworking his understanding of concepts.

5. Play enhances language development.

Toddlers who are still grappling with words need to be immersed in oral language so they can imitate what they hear. They benefit from songs and rhymes that provide the basis for understanding how language works.

When these tots are playing with toys, adults model to them how language is used to label objects or describe an event. At play, preschoolers use language to interact, communicate ideas, and likewise learn from dialogues with more mature members of society.

6. Play encourages creativity.

Barney the dinosaur was right about using imagination to make things happen. A lump of Play-Doh suddenly turns into spaghetti with meat sauce and cheese; a small towel transforms into a cape that completes a superhero’s wardrobe; and a tin can serves as a drum that accompanies an aspiring rock artist. Play opens an entire avenue for children to express themselves, show what they know and how they feel, and to create their own masterpieces.

7. Play provides bonding opportunities.

Play is an important factor in child development. It provides for interaction, experimentation, and moral development. Here are some ways by which parents can encourage and support their children’s playtime.

- Let your child be the player-leader. Let children initiate their activity, set their own theme, choose the parameters where the play will take place. Play becomes a venue for children to express their feelings and be in control.

- Help them help themselves. When your 5-year-old asks for help, say, figuring out how to piece a puzzle together, stop yourself from coming to her rescue and first ask your child questions that allow him or her to help himself or herself. Say, “Where do you think this piece should go?” Afterward, commend his or her success.

- Play attention. Once you make a commitment to play with your child, watch for the following signals: Does he or she want you to actively play a part in the activity? Does he or she need encouragement? Is he or she tired or hungry? Does he or she need to take a break?

- Have a play plan. If you seem to have little time for playing with your child, consider using self-care chores to have fun with him or her. Also, get support from other people in your household, like older siblings, household help, or the child’s grandparents, so that they understand why play is important and how they should continue to encourage it.

Donny's Note: Artikel yang perlu dibaca bagi orang tua yang sibuk atau lupa bermain dengan putra-putrinya

Jumat, 06 Maret 2009

Puyeng........!!!!!

sudah satu jam berlalu mlototin monitor tapi file yang dicari baik di folder my document maupun di kotak masuk beberapa email, koq nggak ada yak???? yah diriku sedang mencari artikel hukum yang sudah disiapkan jauh-jauh hari untuk di posting ke http://angkringhukum-donny89.blogspot.com/, astagfirullah........dimana sih ini file........???

pernah ngalamin kaya gini nggak? sudah susah payah membuat atau menghasilkan pekerjaan, karena kecerobohan tidak dicatat atau tidak disimpan baik-baik jadi menguap tidak berbekas??? Pasti jengkel, kesel dan super gondok khan?

Yang pasti ane puyeeeeennggggggg...................mana sih ini artikeeeeeeellll.................

Kamis, 05 Maret 2009

red zone


red zone
Originally uploaded by donny_trihardono

mencoba untuk merekam bunga dengan makro 60mm

Gosip Pagi

Di pagi yang cerah tampak di kejauhan Lippo Village berkilauan dari balik jendela lantai 7 kantorku. Saya masih termangu-mangu sambil menunggu sarapan. Uhhhhhhhh…laper bok, gara-gara berangkat ke kantor terburu-buru. Ohhh office-boy ku please hurry up………..cacing-cacing di dalam perut ini sudah melakukan demo karena tidak ada gizi yang harus dilahap oleh mereka.

Ahhhhh………at last...tampak office-boy mendatangi kubikelku, kusambut dengan senyuman sumringah dan terharu karena hajatan sarapan akan segera terlaksana. “Makasih ya mas” kataku, ketika menerima bungkusan sarapan sembari memberikan tips kepada si office-boy. Lontong Sayur!! datang, setelah dituangkan ke dalam mangkuk …..sluuurrrpp…..liur dah tak tertahankan dan menetes melihat kuah santan yang dipenuhi lontong dan sayur plus sebutir telor rebus. Inilah kegiatan rutinku kalau sarapan pagi di kantor, kalo nggak nas-duk (nasi uduk), mie ayam yaaa lontong sayur gitu…semuanya adalah sarapan paket hemat dengan harga rata-rata 6000 perak…..

“Bismillah”; gumam doaku dan dimulailah sarapanku dengan khidmat. Sesuap demi suap sambil diresapi rasanya, wuiiih mantabs nian rasa telornya…he…he…he…padahal rasa telor rebus dimana-mana sama..tapi karena lapar beratz sensasinya jadi beda. Di tengah kesibukan berkutat dengan kuah-lontong-sayur dan telor rebus. Tiba-tiba ibu-ibu yang bertemu di depan kubikelku secara reflek gosip tentang perkembangan anaknya.

Yang saya dengar….padahal sih emang niat nguping……..mereka bercerita tidak sadar kalo anak-anaknya yang masih usia balita sudah dapat membaca. Ada yang tertegun katanya;”Lho udah bisa baca iklan tokh?”, yang lain menimpali;”Iya saya juga kaget tahu-tahu anakku bisa baca”. Dari pembicaraan itu langsung teringat sama anak-anakku di rumah, kejadian yang sama terjadi juga pada anakku.

Kalau mengingat saat itu anakku bisa mengeja dan menulis namanya sendiri rasanya senang sampai ketujuh langit tapi sedih juga. Senang karena anakku bisa membaca dan menulis tetapi sedih karena aku tidak mengajarinya secara langsung. Sering terasa sedih juga ketika pulang kantor sampai rumah sudah malam, hanya punya waktu paling banter satu jam sama anak-anak untuk bermain, yang menjadi dilema apakah waktu yang sempit ini saya akan mengajarinya atau bercanda dengan mereka???

Sering tidak sanggup untuk mencoba menegakan disiplin belajar karena melihat betapa gembiranya mereka melihat orang-tuanya pulang ke rumah. Di wajah yang berbinar-binar bahagia sering mereka untuk mengajak bercanda. Apalagi anakku yang laki nomor dua, wuiih senengnya bergaya ultraman dan bapaknya dijadikan monster sebagai lawannya. Karena minimnya waktu untuk mereka kadang harus mensiasati untuk memilih waktu yang tepat dalam untuk belajar.

Teknologi masa kini cukup membantu dalam mensiasati belajar anak-anakku, dengan membeli dvd baby einstein, ayo belajar membaca bersama Tia maupun game bobby bola cukup membantu, secara ane bukan afiliasi produk yang sebutkan saya cuman pengguna murni....user boooooww , saya dan istri turut mendampingi dan membantu untuk mengarahkan dengan cara bertanya untuk ditebak oleh mereka atau mengarahkan permainan apa yang sedang dimainkan, so far alat ini cukup membantu bagi kami orang tua yang keduanya bekerja di perusahaan swasta dimana jam kepulangan ke rumah sangat tergantung kondisi pekerjaan di kantor.

Saya dan istri masih berangan untuk bekerja dengan berkantor di rumah, saat ini saya mencoba untuk meretas ke arah sana. Bisakah? Selama orang lain mampu melakukan hal tersebut, saya juga berkeyakinan saya juga pasti bisa………..seperti katanya Mbah:

Albert Schweitzer:
Success is not the key to happiness. Happiness is the key to success. If you love what you are doing, you will be successful.
...eh...nyambung gak sih??? halah sing penting memotivasi diri hue....he...he....he.......
‘Donnnnnnnn……………..laporannya mana?”; gubraaaaakkkkkssss…………..ayo kerja-kerja……………..