Di pagi yang cerah tampak di kejauhan Lippo Village berkilauan dari balik jendela lantai 7 kantorku. Saya masih termangu-mangu sambil menunggu sarapan. Uhhhhhhhh…laper bok, gara-gara berangkat ke kantor terburu-buru. Ohhh office-boy ku please hurry up………..cacing-cacing di dalam perut ini sudah melakukan demo karena tidak ada gizi yang harus dilahap oleh mereka.
Ahhhhh………at last...tampak office-boy mendatangi kubikelku, kusambut dengan senyuman sumringah dan terharu karena hajatan sarapan akan segera terlaksana. “Makasih ya mas” kataku, ketika menerima bungkusan sarapan sembari memberikan tips kepada si office-boy. Lontong Sayur!! datang, setelah dituangkan ke dalam mangkuk …..sluuurrrpp…..liur dah tak tertahankan dan menetes melihat kuah santan yang dipenuhi lontong dan sayur plus sebutir telor rebus. Inilah kegiatan rutinku kalau sarapan pagi di kantor, kalo nggak nas-duk (nasi uduk), mie ayam yaaa lontong sayur gitu…semuanya adalah sarapan paket hemat dengan harga rata-rata 6000 perak…..
“Bismillah”; gumam doaku dan dimulailah sarapanku dengan khidmat. Sesuap demi suap sambil diresapi rasanya, wuiiih mantabs nian rasa telornya…he…he…he…padahal rasa telor rebus dimana-mana sama..tapi karena lapar beratz sensasinya jadi beda. Di tengah kesibukan berkutat dengan kuah-lontong-sayur dan telor rebus. Tiba-tiba ibu-ibu yang bertemu di depan kubikelku secara reflek gosip tentang perkembangan anaknya.
Yang saya dengar….padahal sih emang niat nguping……..mereka bercerita tidak sadar kalo anak-anaknya yang masih usia balita sudah dapat membaca. Ada yang tertegun katanya;”Lho udah bisa baca iklan tokh?”, yang lain menimpali;”Iya saya juga kaget tahu-tahu anakku bisa baca”. Dari pembicaraan itu langsung teringat sama anak-anakku di rumah, kejadian yang sama terjadi juga pada anakku.
Kalau mengingat saat itu anakku bisa mengeja dan menulis namanya sendiri rasanya senang sampai ketujuh langit tapi sedih juga. Senang karena anakku bisa membaca dan menulis tetapi sedih karena aku tidak mengajarinya secara langsung. Sering terasa sedih juga ketika pulang kantor sampai rumah sudah malam, hanya punya waktu paling banter satu jam sama anak-anak untuk bermain, yang menjadi dilema apakah waktu yang sempit ini saya akan mengajarinya atau bercanda dengan mereka???
Sering tidak sanggup untuk mencoba menegakan disiplin belajar karena melihat betapa gembiranya mereka melihat orang-tuanya pulang ke rumah. Di wajah yang berbinar-binar bahagia sering mereka untuk mengajak bercanda. Apalagi anakku yang laki nomor dua, wuiih senengnya bergaya ultraman dan bapaknya dijadikan monster sebagai lawannya. Karena minimnya waktu untuk mereka kadang harus mensiasati untuk memilih waktu yang tepat dalam untuk belajar.
Teknologi masa kini cukup membantu dalam mensiasati belajar anak-anakku, dengan membeli dvd baby einstein, ayo belajar membaca bersama Tia maupun game bobby bola cukup membantu, secara ane bukan afiliasi produk yang sebutkan saya cuman pengguna murni....user boooooww , saya dan istri turut mendampingi dan membantu untuk mengarahkan dengan cara bertanya untuk ditebak oleh mereka atau mengarahkan permainan apa yang sedang dimainkan, so far alat ini cukup membantu bagi kami orang tua yang keduanya bekerja di perusahaan swasta dimana jam kepulangan ke rumah sangat tergantung kondisi pekerjaan di kantor.
Saya dan istri masih berangan untuk bekerja dengan berkantor di rumah, saat ini saya mencoba untuk meretas ke arah sana. Bisakah? Selama orang lain mampu melakukan hal tersebut, saya juga berkeyakinan saya juga pasti bisa………..seperti katanya Mbah:
Ahhhhh………at last...tampak office-boy mendatangi kubikelku, kusambut dengan senyuman sumringah dan terharu karena hajatan sarapan akan segera terlaksana. “Makasih ya mas” kataku, ketika menerima bungkusan sarapan sembari memberikan tips kepada si office-boy. Lontong Sayur!! datang, setelah dituangkan ke dalam mangkuk …..sluuurrrpp…..liur dah tak tertahankan dan menetes melihat kuah santan yang dipenuhi lontong dan sayur plus sebutir telor rebus. Inilah kegiatan rutinku kalau sarapan pagi di kantor, kalo nggak nas-duk (nasi uduk), mie ayam yaaa lontong sayur gitu…semuanya adalah sarapan paket hemat dengan harga rata-rata 6000 perak…..
“Bismillah”; gumam doaku dan dimulailah sarapanku dengan khidmat. Sesuap demi suap sambil diresapi rasanya, wuiiih mantabs nian rasa telornya…he…he…he…padahal rasa telor rebus dimana-mana sama..tapi karena lapar beratz sensasinya jadi beda. Di tengah kesibukan berkutat dengan kuah-lontong-sayur dan telor rebus. Tiba-tiba ibu-ibu yang bertemu di depan kubikelku secara reflek gosip tentang perkembangan anaknya.
Yang saya dengar….padahal sih emang niat nguping……..mereka bercerita tidak sadar kalo anak-anaknya yang masih usia balita sudah dapat membaca. Ada yang tertegun katanya;”Lho udah bisa baca iklan tokh?”, yang lain menimpali;”Iya saya juga kaget tahu-tahu anakku bisa baca”. Dari pembicaraan itu langsung teringat sama anak-anakku di rumah, kejadian yang sama terjadi juga pada anakku.
Kalau mengingat saat itu anakku bisa mengeja dan menulis namanya sendiri rasanya senang sampai ketujuh langit tapi sedih juga. Senang karena anakku bisa membaca dan menulis tetapi sedih karena aku tidak mengajarinya secara langsung. Sering terasa sedih juga ketika pulang kantor sampai rumah sudah malam, hanya punya waktu paling banter satu jam sama anak-anak untuk bermain, yang menjadi dilema apakah waktu yang sempit ini saya akan mengajarinya atau bercanda dengan mereka???
Sering tidak sanggup untuk mencoba menegakan disiplin belajar karena melihat betapa gembiranya mereka melihat orang-tuanya pulang ke rumah. Di wajah yang berbinar-binar bahagia sering mereka untuk mengajak bercanda. Apalagi anakku yang laki nomor dua, wuiih senengnya bergaya ultraman dan bapaknya dijadikan monster sebagai lawannya. Karena minimnya waktu untuk mereka kadang harus mensiasati untuk memilih waktu yang tepat dalam untuk belajar.
Teknologi masa kini cukup membantu dalam mensiasati belajar anak-anakku, dengan membeli dvd baby einstein, ayo belajar membaca bersama Tia maupun game bobby bola cukup membantu, secara ane bukan afiliasi produk yang sebutkan saya cuman pengguna murni....user boooooww , saya dan istri turut mendampingi dan membantu untuk mengarahkan dengan cara bertanya untuk ditebak oleh mereka atau mengarahkan permainan apa yang sedang dimainkan, so far alat ini cukup membantu bagi kami orang tua yang keduanya bekerja di perusahaan swasta dimana jam kepulangan ke rumah sangat tergantung kondisi pekerjaan di kantor.
Saya dan istri masih berangan untuk bekerja dengan berkantor di rumah, saat ini saya mencoba untuk meretas ke arah sana. Bisakah? Selama orang lain mampu melakukan hal tersebut, saya juga berkeyakinan saya juga pasti bisa………..seperti katanya Mbah:
Albert Schweitzer:
Success is not the key to happiness. Happiness is the key to success. If you love what you are doing, you will be successful.
...eh...nyambung gak sih??? halah sing penting memotivasi diri hue....he...he....he.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar